Salam jumpa teman-teman sekalian di seluruh wilayah Nusantara. Perkenalkan, nama saya Eden. Sekarang saya berusia 17 tahun dan duduk di kelas 9 di salah satu SMP di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada kesempatan ini saya mau membagikan cerita kepada teman-teman semua selama pandemi COVID-19.
Di rumah, saya tinggal bersama ibu dan seorang adik perempuan saya yang juga duduk di kelas sembilan pada sekolah yang sama. Sedangkan, bapak saya sudah lama meninggal dunia sejak saya masih kecil di negeri jiran, Malaysia, karena kecelakaan kebakaran rumah. Sebenarnya saya sudah menamatkan jenjang SMP di tahun 2019 kemarin, akan tetapi karena kurang belajar maka saya harus mengulang di kelas delapan. Dari pengalaman pahit ini saya dipacu untuk belajar lebih giat dan lebih disiplin.
Selama masa pandemi COVID-19 dan sejak dikeluarkan peraturan untuk belajar di rumah, saya merasa senang sebagaimana siswa pada umumnya yang merasa senang ketika hari libur tiba, apalagi jarak dari rumah ke sekolah agak jauh dan harus berjalan kaki. Sejak itu saya mencari waktu untuk belajar, kadang-kadang di dalam rumah, di bawah pohon, di dapur, dan ini hal yang menyenangkan. Akan tetapi, setelah menjalankan belajar di rumah hampir dua minggu, saya mulai merasa sepi, karena jarang bertemu dengan teman-teman kelas dan bapak/ibu guru di sekolah. Kami hanya bertemu lewat Facebook dan WhatsApp, sekadar untuk menanyakan kabar dan informasi pelajaran lainnya.
Setiap dua atau tiga kali dalam seminggu saya dikunjungi guru di wilayah kami yang datang untuk sedikit membimbing dan meneguhkan saya untuk tetap belajar di rumah, itu pun harus meminta izin dari petugas Posko COVID-19 di desa kami. Semua anak sekolah di wilayah saya juga giat belajar di rumah. Kadang, kami memakai seragam sekolah meskipun hanya di rumah saja. Hal ini mungkin kelihatan lucu, tetapi kami lakukan supaya membuat kami tetap semangat dalam belajar.
Kalau sudah agak jenuh saya biasa diajak bermain permainan ular tangga oleh adik perempuan saya. Alat permainan itu kemarin dulu dihadiahkan oleh orang tua asuhnya melalui Yayasan Plan International Indonesia. Ibu saya sering menemani kami saat belajar dan bermain ular tangga dengan menyediakan camilan jagung titi – semacam keripik jagung – dan juga pisang goreng serta teh hangat untuk kami. Semua ini dilakukan supaya kami tetap nyaman untuk tetap di rumah saat pandemi COVID-19 berlangsung.
Salah satu hal yang sulit bagi saya adalah ketersediaan media belajar seperti buku-buku pelajaran. Apalagi dengan akses jaringan internet yang kurang mendukung membuat saya merasa sulit untuk belajar mandiri. Dalam keadaan seperti ini, saya dan teman-teman sekampung saya tetap berusaha untuk belajar. Yang bisa kami lakukan ialah saling bertukaran buku pelajaran. Teman yang memiliki buku dapat meminjamkannya kepada teman yang lain, sehingga kami dapat belajar secara mandiri di rumah. Kami mengharapkan dari pihak sekolah atau pemerintah desa atau pihak manapun untuk bisa membantu menyediakan buku-buku pelajaran yang dapat dipinjamkan atau dimiliki oleh masing-masing siswa di pedesaan untuk menunjang pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 ini belum berlalu.
Demikian cerita dari saya. Saya mengucapkan terima kasih. Akhirnya ada pantun yang mengatakan,
“Air yang jernih banyak ikannya,
Pikiran yang jernih banyak faedahnya.”
Tetap di Rumah! Belajar dan Bermain di Rumah!
Oleh: Eden