Riset terbaru dari Plan International menunjukkan bahwa satu dari lima (17%) aktivis anak Perempuan dan Perempuan muda khawatir akan keselamatan mereka ketika menjalankan aktivisme mereka.
Penelitian global yang melibatkan lebih dari seribu aktivis perempuan muda dari 26 negara, berusia antara 15 dan 24 tahun – mengungkapkan bahwa perempuan muda menghadapi berbagai tantangan saat mereka berjuang untuk mencapai perubahan, menghadapi risiko mulai dari kekerasan dari anggota komunitas hingga kebijakan yang menindas dan pelecehan secara online.
Satu dari 10 (9%) pernah menghadapi ancaman kekerasan fisik akibat pekerjaan mereka, sementara 15% pernah mengalami pelecehan dan kekerasan online.
Satu-satunya hambatan terbesar bagi aktivisme anak perempuan adalah kurangnya dana, yang menurut lebih dari separuh (54%) anak perempuan yang disurvei menjadi faktor utama yang menghambat kampanye mereka.
Meskipun demikian, laporan – ‘Turning the World Around: Girl and young women activists leading the fight for equality’ oleh Plan International– menemukan bahwa hampir semua aktivis perempuan (95%) mengatakan bahwa kampanye yang mereka lakukan memiliki dampak positif pada kehidupan mereka, membuat mereka merasa bangga, berdaya, dan mampu.
Penelitian ini mengangkat pengalaman para aktivis perempuan muda dan diluncurkan menjelang Hari Anak Perempuan Internasional pada 11 Oktober. Survei ini melibatkan 840 aktivis perempuan dan perempuan muda – salah satu survei terbesar hingga saat ini – yang juga menemukan bahwa:
- Aktivisme anak perempuan menciptakan perubahan, dengan lebih dari separuh (61%) responden yang disurvei oleh Plan International mengatakan bahwa dampak aktivisme anak perempuan telah memenuhi atau melampaui harapan mereka.
- Kesetaraan gender adalah isu yang paling penting bagi aktivis perempuan, dengan 60% menyebutkan kesetaraan gender atau kekerasan berbasis gender sebagai isu prioritas.
- Aktivisme berdampak besar pada kesehatan mental anak perempuan dan dapat menimbulkan kerugian pribadi yang sangat besar. Satu dari empat (25%) mengatakan mereka merasa khawatir cemas secara emosional saat terlibat dalam kegiatan aktivisme
- Satu dari empat (27%) anak perempuan menyebutkan adanya respon negatif dari anggota keluarga atau komunitas mereka sebagai hambatan lain dalam upaya kampanye mereka.
Muzoon, 25, pengungsi Suriah dan aktivis pendidikan yang berkontribusi dalam laporan ini mengatakan: “Ini bukanlah misi yang mudah dan perubahan tidak dapat langsung terjadi. Menjadi seorang aktivis membutuhkan kesabaran yang luar biasa, kemauan yang kuat dan tekad yang kuat untuk mencapai tujuan.”
Blessing, 17 tahun, aktivis dari Sierra Leone yang membantu mengesahkan undang-undang untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen tahun lalu mengungkapkan “Saya telah melihat bagaimana anak laki-laki kurang menghargai perempuan, jadi saya menganggap hal itu sebagai tanggung jawab saya untuk memberdayakan anak perempuan lainnya.”
“Anak perempuan memiliki banyak potensi, namun mereka tidak diberi wadah untuk menunjukkan potensi tersebut.
“Saya ingin memperlihatkan apa yang perempuan miliki untuk memberi tahu masyarakat apa yang bisa kita berikan dan untuk menunjukkan kepada setiap masyarakat di dunia bahwa tidak boleh ada diskriminasi terhadap perempuan.”
Anak perempuan dan perempuan muda terlibat dalam aktivisme dalam berbagai isu, mulai dari kekerasan berbasis gender hingga hak kesehatan seksual dan reproduksi, iklim dan lingkungan.
“Dari mengambil tindakan terhadap krisis iklim hingga menghentikan perkawinan anak, aktivis perempuan mengubah komunitas mereka – dan dunia di sekitar mereka – menjadi lebih baik. Ketidakadilan mendorong perempuan untuk bertindak,” ungkap Kathleen Sherwin, Chief Strategy and Engagement Officer Plan International.
“Pada saat yang bersamaan, penelitian kami menemukan bahwa sebagai remaja perempuan, mengkampanyekan perubahan seringkali sulit dan membutuhkan waktu. Di dunia dimana diskriminasi gender masih meluas, aktivis perempuan muda sering kali diabaikan, atau lebih parah lagi, dilecehkan atau dikucilkan. Pencapaian mereka yang luar biasa sering kali harus dibayar dengan pengorbanan pribadi. Akses terhadap pendanaan dan kesempatan bagi mereka dalam pengambilan kebijakan juga sering terbatas, sehingga menambah kesulitan untuk didengar.
“Anak perempuan dan remaja perempuan mempunyai hak untuk didengarkan dan menentukan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka mencapai prestasi besar meski menghadapi risiko pribadi, dan menunjukkan keberanian besar. Tanpa upaya mereka, kita masih jauh dari pencapaian kesetaraan gender.
“Itulah mengapa sangat penting bagi kita semua untuk memainkan peran kita dalam mendukung kerja aktivis perempuan. Keselamatan dan kesejahteraan mereka harus dilindungi, dan kita perlu memperluas partisipasi dalam proses pengambilan keputusan penting, untuk memastikan bahwa generasi masa depan kita tidak tertinggal.”
Menjelang Hari Anak Perempuan Internasional, Plan International mendukung anak perempuan dan perempuan muda untuk menyerukan kepada pemerintah, donor, dan masyarakat sipil untuk berperan dalam mendukung aktivis anak perempuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Rekomendasi utama meliputi:
- Peningkatan pendanaan untuk inisiatif dan kelompok aktivis yang dipimpin oleh perempuan dan remaja
- Pemerintah agar mendukung anak perempuan dan perempuan muda untuk terlibat secara bermakna dalam berbagai sektor. Hal ini harus mencakup akses reguler terhadap para pengambil keputusan dan menciptakan mekanisme bagi anak perempuan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat sipil, dan secara formal dalam berbagai lembaga-lembaga
- Pendidikan berkualitas mengenai kesetaraan gender, hak asasi manusia dan pemerintahan demokratis yang mendorong pembangunan pemahaman anak perempuan mengenai aktivisme, dan pelatihan keterampilan di berbagai bidang seperti berorganisasi dan berbicara di depan umum, untuk membangun kepercayaan pada kemampuan anak perempuan untuk berkampanye dan memiliki pengaruh pada isu yang mereka pedulikan
- Semua pemegang kekuasaan memainkan peran mereka dalam mengatasi diskriminasi usia dan gender, serta ancaman kekerasan, dan menciptakan ruang yang aman dan terbuka, untuk menghilangkan hambatan bagi anak perempuan untuk bersuara
CATATAN UNTUK EDITOR
- Turning the World Around: Girl and young women activists leading the fight for equality adalah bagian dari seri State of the World’s Girls Report dari Plan International. Sejak tahun 2007 State of the World’s Girls Report telah diterbitkan setiap tahun oleh Plan International, dengan tujuan untuk mengangkat isu-isu utama yang mempengaruhi kehidupan anak perempuan.
- 26 negara yang termasuk dalam laporan tahun ini, adalah Ethiopia, Yordania. Kenya, Lebanon, Malawi, Somalia, Zimbabwe, Burkina Faso, Togo, Sierra Leone, Nigeria, Australia, Bangladesh, Jepang, Nepal, Filipina, Thailand, Vietnam, Jerman, Irlandia, Belanda, Brasil, Republik Dominika, Guatemala, Paraguay, Kanada .
- Metodologi kami mencakup survei terhadap 840 aktivis perempuan berusia antara 15-24 tahun – salah satu survei terbesar hingga saat ini. Lebih dari 200 aktivis perempuan dan perempuan muda ikut serta dalam serangkaian wawancara antar rekan sebaya yang dipimpin oleh aktivis perempuan dan perempuan muda lainnya dan 57 perempuan menghadiri diskusi kelompok, sehingga jumlah total perempuan dan perempuan muda yang terlibat menjadi lebih dari seribu.