Kesehatan lingkungan sekolah berhubungan erat dengan kualitas pendidikan di dalamnya. Semakin bersih lingkungan sekolah, semakin besar pula dukungannya terhadap proses belajar-mengajar di sekolah. Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas lingkungan sekolah adalah perilaku warga sekolah tentang hidup bersih dan sehat serta ketersediaan air bersih dan sanitasinya. Maka untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang berkualitas, perlu diterapkan 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan makan dan minum, pengelolaan sampah dan pengelolaan limbah cair. Namun demikian untuk mewujudkan hal tersebut tidak sederhana. Perlu adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program.
Pada 2020, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui proyek Water for Women melaksanakan program STBM di sekolah di Kabupaten Sumbawa (NTB) dan Kabupaten Manggarai (NTT). Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Kesehatan Kabupaten, dan Kementerian Agama Kabupaten. Pelaksanaan program STBM di sekolah perlu melibatkan seluruh warga sekolah, terutama Pembina UKS dan pendidik sebaya dengan dukungan penuh dari Kepala Sekolah.
Plan Indonesia memilih perwakilan sekolah di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Manggarai untuk dijadikan sebagai pilot. Sebelum menetapkan lokasi sekolah pilot, Plan Indonesia melakukan penilaian di beberapa sekolah dengan 8 indikator yaitu ketersediaan sarana air bersih, jamban sekolah, CTPS, pengolahan makanan dan minuman, pengolahan sampah, pengolahan limbah cair, manajemen kebersihan menstruasi (MKM), ketersediaan program, dan kebijakan sanitasi sekolah. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penetapan sekolah pilot. Di Kabupaten Sumbawa, terpilih 8 sekolah di 8 kecamatan pilot dan di Kabupaten Manggarai terpilih 12 sekolah di 12 Kecamatan pilot proyek Water for Women. Sekolah yang terpilih menjadi pilot akan menjadi sekolah rujukan bagi sekolah lain dalam pelaksanaan program STBM sekolah.

PENERAPAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI SEKOLAH
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS sendiri diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat. Dalam pelaksanaannya UKS melibatkan pembina UKS (guru), peserta didik, tim UKS Puskesmas, dan komite sekolah. Untuk mengoptimalkan peran UKS di satuan pendidikan harus melaksanakan 3 aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.
Oleh karena itu, literasi kesehatan dalam kegiatan UKS harus terintegrasi dengan program STBM, termasuk pendidikan kesehatan mengenai kebersihan menstruasi sejak usia dini. Di sinilah peran pembina UKS dan khususnya pendidik sebaya sangat dibutuhkan sebagai penggerak program STBM di sekolah. Pendidik sebaya merupakan metode yang baik dan efektif untuk meningkatkan perilaku kesehatan remaja melalui pembentukan role model dalam pertemanan.
Pengembangan pendidik sebaya merupakan bentuk penguatan kepada remaja oleh remaja. Penguatan tersebut telah dilakukan oleh Plan Indonesia melalui proyek Water for Women, bekerjasama dengan Plan Australia dan Australian Aid dalam bentuk pelatihan. Pelatihan tersebut ditujukan kepada perwakilan pelajar dan pembina UKS di delapan sekolah pada delapan kecamatan pilot proyek Water for Women, bertujuan agar mereka bekerjasama menjalankan program STBM di sekolah sesuai tahapan-tahapan program STBM dalam pelatihan.
SANITASI DI SEKOLAH YANG INKLUSIF
Penyediaan fasilitas sanitasi dan kebersihan di sekolah seperti toilet seharusnya sesuai ketentuan teknis aksesibilitas. Tidak hanya di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, namun sekolah juga harus memiliki toilet yang bisa diakses oleh semua kalangan dan ramah bagi penyandang disabilitas. Hal ini harusnya dipertimbangkan, terutama jika terdapat murid penyandang disabilitas. Maka dari itu sekolah perlu memfasilitasi toilet pelajar yang ramah disabilitas agar semua pelajar dapat menggunakan toilet dengan nyaman dan aman. Gambar di bawah ini merupakan contoh desain toilet yang inklusif yang dapat diterapkan di sekolah.
Penulis: Plan Indonesia/Windalia Apriani Fitri
Pengambil Photo: Fhatria Dwi Putra